From : Cham, Erwin"
Opini Sarilamak
redaksi
Selasa, 10 Februari 2009
Ada Apa Dengan Sarilamak #2
From : Cham, Erwin"
Ada Apa Dengan Sarilamak?
From: S, Edwar (dwrs)
Sent: Tuesday, February 10, 2009 5:10 PM
Dunsanak kasadonyo yth.
Minggu, 08 Februari 2009
YAYASAN SARILAMAK
Kepada yth
Perantau Sarilamak dimana saja berada
Berkaitan dengan tulisan saya "Sarilamak jantung hatiku" beberapa waktu yang lalu ada satu ide saya demi mengembangkan kampung halaman kita dan mengoptimalkan tenaga-tenaga yang masih produktif yang berada disana.Karena walaupun bagaimana mereka adalah tanggungjawab kita. Apakah kita tega melihat mereka luntang lantung indak tantu ojok sementara itu kita punya jalan untuk menyalurkan mereka.
Bagaimana kalau kita buat "Yayasan" yang bersifat sosial. Nama yayasan tersebut kita pikirkanlah bersama-sama.
Dengan adanya yayasan tersebut kita akan bisa bekerjasama dengan perusahaan swasta,dengan bengkel-bengkel besar yang ada di Sumbar ataupun dengan instansi pemerintah. Kenapa ? Karena yayasan punya izin yang dikeluarkan oleh pemerintah. Dia punya akte notaris,npwp,izin dari Departemen Sosial.
Yayasan kita bisa bergerak umpamanya dibidang :
- Permesinan
- Pertanian
- Peternakan
- Perkebunan
Jika keponakan kita yang tamat sekolah, dan tidak berminat untuk melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi oleh karena sesuatu dan lain hal,melalui yayasan kita,mereka bisa kita salurkan keperusahaan swasta (seperti bengkel mobil,motor,perhotelan dll) yang mau menerima mereka untuk tenaga magang. Selesai magang dari perusahaan tersebut, tidak tertutup kemungkinan jika prestasinya bagus, dia akan direkrut oleh perusahaan tempat dimana mereka magang. Atau mereka bisa buka usaha bengkel sendiri.
Dibidang pertanian begitu juga. Seandainya ada perusahaan yang ingin memperkenalkan pupuknya kepada petani kita, kita bisa tunjuk sawah untuk dijadikan tempat praktek dari perusahaan tersebut. Kita bisa tunjuk pemuda yang ada pada kita untuk mendapat ilmu dari perusahaan tersebut. Jadi pengusaha beruntung karena tidak perlu berpayah-payah mengiklankan produksinya, kita petani dan pemudanya dapat laba ayitu dapat pupuk gratis, ilmu gratis.
Kerjasama dengan pemerintah, kita bisa minta bantu kepada Dinas Pendidikan Kab.50 Kota untuk dapat memberikan kursus-kursus singkat buat pemuda kita tanpa bayar (seperti kursus Bahasa Inggeris,accounting dll) .Atau kita bisa undang melalui pemerintah para pakar yang ahli dibidangnya umpamanya pertanian,peternakan guna memberikan penyuluhan kepada kita. Kita bisa kerjasama dengan Politehnik guna memberikan penyuluhan kepada petani kita. Sdr.Budi selaku Walinagari kita libatkan dalam hal ini. Kan beliau dari politehnik.
Saya yakin dan percaya diantara kita perantau Sarilamak pasti punya link baik dengan pihak swasta ataupun dengan pihak Pemerintah untuk bekerja sama dengan Yayasan kita.
Orang kampung harus dilibatkan. Apakah pemuka masyarakat,ninikmamak,alim ulama ataupun cerdik pandai supaya mereka punya tanggungjawab dengan yayasan ini. Pak Walinagari,wali jorong diminta sekali untuk mensosialisasikan yayasan ini kepada masyarakat Sarilamak.
Untuk kantor yayasannya nanti bisa kita minta bantu pak Walinagari kita . Apakah dikantor Walinagari atau ditempat lain.
Sejauh yang saya ketahui (mohon perantau Sarilamak kalau ada yang salah atau yang kurang mohon diperbaiki) syarat-syarat pendirian yayasan ini harus ada :
- Pengurus yang terdiri dari Ketua,sekretaris,bendahara untuk jangka waktu 5tahun
- Pengawas (minimal 1 orang)
- Kekayaan yayasan yang dipisahkan dari kekayan pribadi pengurus
- Akte Notaris
- NPWP
- Izin Domisili
- Izin dari Depsos
Kalau seandainya perantau Sarilamak dimana saja berada setuju dengan yayasan ini :
- Marilah kita dirikan bersama-sama. Marilah kita buat akte notarisnya, dan izin-izin yang lain.
- Mari kita bentuk siapa pengurusnya,nama yayasannya. Pengurusnya tidak mesti di kampung halaman. Wali jorong dan Walinagari harus dilibatkan aktif dalam hal ini.Untuk itu bak kata orang "putiah kapeh dapek diliek,putiah hati bakaadaan" saya menyumbang Rp. 1 juta guna mengurus akte dan izin yang lain. Tinggal kemana uang ini saya transfer minta tolong Win kemana harus saya transfer?Kalau seandainya ada 30 orang perantau Sarilamak yang ingin menyumbangkan uangnya rata-rata 1 juta. Sudah terkumpul uang Rp, 30 juta. Dengan uang tersebut umpamanya kita bisa membeli mesin mobil yang rusak untuk tempat praktek pemuda kita. Atau mesin jahit dan segala macamnya.
MOHON SEKALI TANGGAPAN DARI PERANTAU SARILAMAK
Depok , 8 Februari 2009 (jam .9.15)
Haryono
Jumat, 30 Januari 2009
Sarilamak jantung hatiku
Pagi itu pesawat Garuda yang saya tumpangi take off dengan mulusnya meninggalkan Bandara Soekarno-Hatta terbang menuju Bandara MIA di Padang. Penumpang kelihatannya penuh. Saya duduk di pinggir gang sebelah kanan. Diisamping kananku duduk seorang Bapak kira-kira sepantaran saya. Sebetulnya saya malas lho terbang pada hari itu. Badan saya ini pegal-pegal karena baru sampai dirumah kira-kira jam 11 malam habis mengitari kota Jakarta. Tapi apa boleh buat karena sudah janji dengan seseorang, rasa capek ini hilang.
Pertemuan dengan klien saya tersebut tidak lebih dari 2 jam. Setelah semuanya beres,penawaran saya disetujui, uang muka diserahkan kepada saya lalu saya berangkat ke kota Sarilamak tempat dimana saya berasal. Tiga jam dari Padang menuju Sarilamak merupakan waktu yang tidak terlalu lama. Karena di Padang Panjang kami berhenti dahulu untuk mengisi kampung tengah ini. Kira-kira jam 2,30 sore saya sudah sampai di Kampung Koto Sembilan Sarilamak.
Ada rasa bangga dihati ini melihat Sarilamak yang sudah diresmikan menjadi ibukota Kabupaten 50 Kota. Kantor Bupati berdiri dengan megahnya diatas tanah orangtua saya yang sudah dijual untuk pembangunan gedung Kantor Bupati Kabupaten 50 Kota.
Kalau kita memutar balik jarum jam kembali kebeberapa puluh tahun yang lalu, Sarilamak yang sekarang sudah sangat jauh bedanya dengan Sarilamak sekarang. Dahulu kita tidak berani keluar rumah.. Takut ditangkap oleh siraja hutan. Sehingga uang tidak laku pada malam hari. Kita hanya bisa mendengar bunyi jangkrik,katak bernyanyi. Kalau mau kepasar, kita harus naik bendi. Yang lebih terkenal waktu itu bendi Rajo Amia.
Sekarang? Wah........wah........wah.
Sore menjelang magrib, buruh bangunan kantor Bupati pulang ketempat pemondokannya. Kebetulan rumah etek saya dikampung Koto Sembilan disewa oleh para buruh tersebut. Ada kira-kira 10 orang.
Saya cobalah ngomong dengan dialek Sarilamak dengan mereka.
“Ora iso pak kami ngomong Sarilamak “
“Kami wong Jowo”
Ha? Orang Jawa? Pemuda sarilamak mana? Yang katanya kuat-kuat dan rajin bekerja.
Pertanyaan ini terus menggelayut dibenak saya. Pemuda Sarilamak kan masih banyak tinggal di kampung ini, Setahu saya mereka kebanyakan masih belum bekerja
Akhirnya pertanyaan saya terjawab sudah. Keesokan harinya waktu saya melewati simpang tigo menuju Koto Kociak arah ke Harau, di pajak (warung minuman) saya melihat sebagian anak muda lagi sedang minum kopi , disudut kanan pajak tampak beberapa orang anak muda sedang asyik maota tentang artis. Padahal pagi itu sudah diatas jam 8.
Sedih rasanya hati ini. Kalau begini terus kapan kampung kita ini akan maju. Saya beranggapan mereka itu tidak salah. Kita-kita inilah yang kurang memperhatikan mereka, yang kurang memotivasi mereka. Buktinya mereka di Jawa bekerja dengan rajin. Meskipun pekerjaan mereka juga buruh.
Apakah mereka malu bekerja sebagai buruh dikampung sendiri?
Saya khawatir sekali. Mungkinkah dikampung kita Sarilamak ini suatu saat nanti anak mudanya sudah tidak ada. Karena pergi merantau untuk mencari pekerjaan. Sementara orangtuanya sudah pindah rumah agak kedalam kampung karena rumah dan tanahnya sudah dijual kepada para pendatang.
Saya mendambakan adanya salah seorang dari kita putra Sarilamak yang punya wawasan dan peduli dengan kampung halaman kembali kekampung untuk membangun nagari tercinta. Tidak hanya kota Sarilamak tetapi juga Kabupaten Lima puluh Kota.
Alangkah bangganya kita bila salah seorang putra Sarilamak dipercaya oleh rakyat se Kabupaten 50 Kota untuk didahulukan selangkah ditinggikan seranting guna membangun tidak hanya kota Sarilamak tetapi juga Kabupaten Lima Puluh Kota. Sehingga orang tidak akan melihat sebelah mata lagi dengan kita karena selama ini di Sarilamak ada pameo “Kalau indak pandai mancemeeh, itu bukan orang Sarilamak”
ditulis oleh:
H.HARYONO
Jl.Raya Bogor km.37
Vila Pertiwi Blok J2 no.13 RT.02 RW.15
Sukamaju-DEPOK (16415)
Email : delfano@indosat.net.id